Bio-imaging Mengaplikasikan UCNPs Berbasis Lathanida
Anggota kelompok :
1.
Eka Wulandari M0312018
2.
Erlina Erikawati M0312020
3.
Hamdana Putra P M0312014
4.
Listiyaningrum M0312037
5.
Nurul Apri Indri M0312051
Perkembangan ilmu kedokteran yang diiringi
dengan perkembangan ilmu teknologi dan fisika telah menfasilitasi paramedik
dengan berbagai macam alat bantu untuk menggambarkan keadaan dalam tubuh pasien
tanpa harus melakukan pembukaan dan pembedahan untuk dilakukan biopsi.
Kemajuan terbaru dari bio-imaging dalam diagnosis dan pengobatan penyakit telah menciptakan manfaat yang luar biasa untuk proses biologi dan kedokteran. Salah satu alasan utamanya adalah karena sederhana, cepat, sensitif, dan biayanya yang relatif rendah. (Yao el al, 2012)
Kemajuan terbaru dari bio-imaging dalam diagnosis dan pengobatan penyakit telah menciptakan manfaat yang luar biasa untuk proses biologi dan kedokteran. Salah satu alasan utamanya adalah karena sederhana, cepat, sensitif, dan biayanya yang relatif rendah. (Yao el al, 2012)
Gambar 1. Contoh Kemajuan Imaging System dalam Dunia Medis
Penciteraan atau bioimaging saat ini merupakan metode yang menjadi ujung tombak pemeriksaan untuk
kasus-kasus yang tidak kasat mata. Medical
imaging, atau umumnya
disebut radiologi, merupakan pengambilan gambar dari bagian tubuh manusia yang
digunakan untuk keperluan medis. Untuk diagnosa penyakit
seperti kanker dan penyakit jantung diperlukan pencitraan atau bioimaging yang handal. Belakangan ini
pendekatan dengan didasarkan nanoteknologi telah menunjukkan hasil yang
menjanjikan. (Hemmer, 2012). Jadi dapat dikatakan bahwa analisis bio-imaging
adalah suatu metode pelabelan, pencitraan, atau penggambaran yang diaplikasikan
untuk keperluan medical tanpa harus melakukan pembukaan dan
pembedahan untuk dilakukan biopsi.
Metode dalam aplikasi biomedik ini lebih lanjut diperluas dengan adanya luminescent. Luminesensi merupakan peristiwa penyerapan energi radiasi yang diikuti dengan terjadinya pancaran cahaya tampak dari suatu bahan. Peristiwa ini terjadi karena adanya elektron elektron yang menyerap energi radiasi dan berpindah ke orbit yang lebih tinggi, sehingga bahan berada dalam keadaan tereksitasi. Ada dua peristiwa luminesensi, yaitu fluoresensi dan fosforesensi (Delcado,1995). Fluoresensi adalah pancaran cahaya spontan, dimana pancarannya akan berakhir jika proses eksitasi yang terjadi pada bahan juga berakhir. Emisi cahaya terjadi karena proses absorpsi cahaya oleh atom yang mengakibatkan keadaan atom tereksitasi. Keadaaan atom yang tereksitasi akan kembali keadaan semula dengan melepaskan energi yang berupa cahaya atau deeksitasi ( Carrol, 1994).
Gambar 2. Struktur Fluorescence
Fluoresensi
terjadi ketika molekul tereksitasi kembali ke keadaan
dasar dengan melepaskan energi
melalui emisi foton. Karena beberapa dari energi
yang diperoleh selama eksitasi diubah menjadi panas, foton yang dipancarkan memiliki lebih rendah energi dari
yang diserap. Hal ini menjelaskan
perbedaan panjang gelombang yang disebutkan yang juga dikenal sebagai
pergeseran Stokes (Vonesch, 2006).
Sedang pada peristiwa fosforesensi, pancaran cahayanya berakhir beberapa saat
setelah proses eksitasi pada bahan berakhir. Bahan yang mampu memperlihatkan
gejala ini disebut fosfor. Pemancaran kembali sinar oleh
molekul yang telah menyerap energi sinar dalam waktu yang relatif lebih lama
(10-3 detik). Jika penyinaran kemudian dihentikan, pemancaran
kembali masih dapat berlangsung. Fosforesensi berasal dari transisi antara
tingkat-tingkat energi elektronik triplet ke singlet dalam suatu molekul.
(Delcado,1995)
Aplikasi optik yang berkaitan dengan
pendaran cahaya sangat menarik untuk diteliti. Selama ini, sudah banyak
dilakukan penelitian untuk mencari material terbaik untuk aplikasi optik yang
dapat menghasilkan emisi yang jelas dan murni. Penelitian dalam bidang ini
masih terus dikembangkan guna mendapatkan material dengan hasil yang optimal.
Baru-baru ini, bahan fotoionik yang mengandung ion lantanida menarik perhatian
banyak pihak dikarenakan kemampuan potensial yang dimilikinya untuk full color
display, sumber optik dan sistem laser seperti amplifier optik (Prajzler et al,
2008).
Ion lantanida memiliki
tingkat energi yang berlimpah dengan masa hidup yang relatif panjang yang
berasal dari transisi f-f intra konfigurasional. Secara khusus, Er3+,
HO3+,dan Tm3+, yang memiliki tangga seperti tingkat
energi. Namun, Er3+, HO3+, dan Tm3+ memiliki
penyerapan yang rendah. (Li et al, 2010). Ion-ion Lantanida seperti Yb3+
dengan emisi di 980 nm, adalah logam yang baik untuk memperoleh emisi NIR (Near
Infrared) yang sangat efisien. Emisi dari lantanid (III) trivalen ion-ion
kebanyakan datang dari alihan dwikutub elektrik antara subkulit 4f. Orbital 4f
dilindungi dari keadaan sekitarnya oleh orbital 5s and 5p, dan pengaruh
hostmedia di transisi-transisi optis dalam bentuk 4f juga rendah ( Jhiao Chen,
2012)
Pada
hakikatnya, semua logam dapat digunakan untuk aplikasi biomedik
tetapi pada dosis yang berbeda tergantung pada beberapa parameter
seperti aplikasi, keseimbangan antara risiko dan manfaat, kinetika degradasi,
biodistribusi, akumulasi dalam jaringan dan organ dan ekskresi dari tubuh dan
sebagainya. Logam yang paling tepat adalah Ca, Mg, Zn, Fe, Ti, Zr dengan
perkiraan toksisitas antara lain:
Metode dalam aplikasi
biomedik ini lebih lanjut diperluas ke micro luminescent lain dan nanopartikel
lantanida (Tb, La, Tm, atau Y) menggunakan terephthalate MOFs. MOFs (Metal
Organic Frameworks) merupakan koordinasi polimer atau jaringan koordinasi yang
merupakan kelas hibrida yang dibentuk dengan menyusun ion logam dan ligan
polidentat yang biasanya dalam kondisi ringan. (Rocca et al, 2011). Sintesis
cukup berhasil, dengan reaksi yang cepat, lancar dan Metode ramah lingkungan,
yang baru-baru ini telah diterapkan untuk sintesis mikro dan nano MOFs.
sintesis ini dibantu oleh hidro / solvothermal, yang merupakan metode yang
efisien, homogen dan lebih cepat untuk persiapan nanopartikel. untuk memperoleh
hasil yang memiliki kecepatan tinggi dalam mengontrol ukuran partikel, adalah
mensintesis microwave iradiasi solvothermal. (Horcajada et al,2012)
Upconversion
luminescence (UCL) adalah proses yang unik dimana oleh gelombang kontinu (CW)
foton energi rendah (panjang gelombang tinggi) diubah menjadi foton energi yang
lebih tinggi (panjang gelombang lebih pendek). Emisi UCL dihasilkan dengan
menyerap dua atau lebih energi eksitasi CW foton dan melepaskan satu energi
tinggi emisi foton. Untuk mencapai emisi UCL efektif, materi harus memiliki
energi yang rendah dan memiliki masa hidup yang lebih lama. (Auzel,2004)
Dalam beberapa dekade
terakhir, nanophosphors upconversion berbasis lantanida (UCNPs) telah dianggap
sebagai generasi baru untuk aplikasi photoluminescent bioimaging karena
keuntungan yang unik. UCL bioimaging tidak memberikan fluoresensi otomatis dari
sampel, karena sifat UCL di bawah CW 980 nm, penggunaan Yb3+/ Tm3+
didopping UCNPs yang dieksitasi dengan NIR pada 980 nm dan emisi 800 nm
menawarkan tingkat kerusakan yang rendah pada sampel, sehingga digunakan dalam
aplikasi bioimaging in vivo. (Liu et al, 2014) .Upconversion adalah proses
optik yang melibatkan konversi foton energi rendah menjadi foton energi yang
lebih tinggi. Metode sintesis ini biasanya seperti dekomposisi termal, reaksi
hidrotermal, dan sintesis cairan ion. Perbedaan utama antara nanopartikel
upconversion dan Nanomaterials lainnya adalah bahwa mereka dapat memancarkan
cahaya tampak di bawah sinar inframerah dekat. (Chen et al, 2012)
Pada makalah ini kami
membahas tentang aplikasi bioimaging yang memanfaatkan metal lanthanida yang di
dopping dengan cara UCNPs, sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi sel tumor
pada organ tubuh tanpa harus membuka atau membedah organ tubuh yang akan
dideteksi.
DISKUSI
1. Bioimaging
merupakan
suatu metode palabelan, penciteraan atau penggambaran yang dipalikasikan untuk
keperluan medikal tanpa melakukan pembukaan dan pembedahan untuk dilakukan
biopsi. Dalam ilmu kedokteran, bioimaging digunakan untuk
deteksi, diagnosa, dan terapi suatu penyakit seperti kanker dan tumor. Dalam
aplikasinya pada bidang kedokteran digunakan beberapa teknik bioimaging. Diantara berbagai teknik bioimaging,
penciteraan fluorescens sangat penting dalam bioimaging. Bioimaging fluoresensi
dengan resolusi temporal dan sensitivitas tinggi pada tingkat subseluler
memberikan strategi universal untuk mengamati morfologi dalam jaringan dan
memvisualisasikan bio-spesies mulai dari sel-sel hidup pada hewan.
Secara
umum, sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi
gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi
seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi
mekanik dan sebagainya. Material yang baik untuk aplikasi bioimaging adalah
material yang dapat memberikan fotoluminensi (fotopendarcahaya) sesuai dengan
fotoluminensi dari ion yang dikandungnya (Hasegawa et al, 2002)
2.
Fluoresensi
Fluoresensi
merupakan salah satu tipe luminescence yang dipengaruhi oleh panjang gelombang
eksitasi elektromagnetik. Artinya fluoresensi dihasilkan ketika suatu substansi
menyerap cahaya pada panjang gelombang yang rendah (dengan energi yang tinggi)
dan kemudian mengeluarkan energi pada panjang gelombang yang tinggi (dengan
energi rendah). Rentang waktu antara absorbsi dan emisi biasanya relatif dekat,
seringkali antara 10-9 sampai 10-8 detik. Fluoresensi
hanya terjadi pada senyawa aromatik, senyawa heterosiklik dan molekul dengan
sistem konjugasi. Senyawa dengan transisi elektronik π-π*, mempunyai
kemungkinan yang lebih besar untuk berfluoresensi daripada transisi n-π*
3.
Lantanida
Lantanida
(Ln) adalah kelompok unsur kimia yang terdiri 15 unsur, mulai lanthanium (La)
sampai lutetium (Lu) pada tabel periodik dengan nomor atom 57 sampai 71.
Struktur kimia dan koordinasi dari trivalent kompleks lantanida (Ln3+)
dengan donor atom oksigen dari ligan polieter merupakan hal yang menarik untuk
dipelajari. Satu ciri unik yang ditunjukkan oleh ion trivalen unsur Ln ialah
pengecilan ukuran jari-jari atom atau jari-jari ion dengan bertambahnya nomor
atom unsur dari La3+ sampai Lu3+. Sifat ini dikarenakan pengisian elektron
orbital 4f yang terlindung oleh orbital 5s dan 5p. Elektron-elektron orbital f
yang tidak lengkap diisi tidak memberi kesan kepada medan ligan dan tidak
mengambil bagian dalam pembentukan ikatan seperti elektron-elektron orbital d. Reaktivitas
elemen lantanida lebih baik daripada logam transisi, alkali, dan alkali tanah (
Cotton, 2006).
4.
Nanopartikel
Nanopartikel
menarik perhatian dibidang ilmiah, karena peranannya sebagai jembatan antara
material “bulk” dan struktur atomik (molekular). Nanopartikel didefinisikan
sebagai partikel padatan yang terdispersi dengan rentang ukuran 10-1000nm
(Mohanraj,2006). Sintesis material dengan proses aerosol dan koloid dapat
dilakukan untuk menghasilkan nanopartikel (dengan diameter kurang dari 100nm)
dan kemurnian yang tinggi dengan sifat fisik dan kimia yang spesifik
(Okuyama,2007). Nanopartikel merupakan
partikel dengan ukuran lebih kecil dari 100nm. Dengan mensintesis
nanopartikel, kita dapat memproduksi partikel yang ukurannya lebih kecil dari
100nm yang dapat merubah sifat dan fungsinya.
Adapun
sifat dasar yang dapat berubah antara lain:
1. Merubah
mekanika kuantum yang berhubungan dengan warna, kekerasan, konduktifitas
magnetic dan konduktifitas elektrik.
2. Luar
permukaan menjadi lebih besar sehingga berpengaruh pada perubahan titik leleh,
titik didih, reaktifitas dan efek katalitik.
3. Perubahan
molekular dapat digabungkan dengan meningkatnya kemampuan dari molekul tersebut
sehingga berguna untuk aplikasi baru.Gambaran Umum UCNPs
Kebanyakan bahan fluorescent memancarkan
cahaya dengan proses downconversion (memancarkan energi yang lebih rendah dalam energi iradiasi tinggi). Meskipun
penggunaan molekul pewarna organik konvensional atau quantum dot (QD) berbasis
biomarker telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam deteksi real-time dan
bioimaging, namun mereka masih memiliki kelemahan. Bahan-bahan fluorescent
umumnya dapat dideteksi dengan ultraviolet (UV) atau terlihat cahaya, yang
dapat menyebabkan autofluorescence dan photodamage sampel biologis, sehingga
rasionya rendah dan sensitivitas terbatas. Keterbatasan ini mendorong
pengembangan tipe baru berkualitas tinggi dan Nanomaterials dikenal sebagai
upconversion Nanomaterials (UCNPs). UCNPs ini biasanya terdiri dari donor-aceptor
anorganik yang diolah dengan ion Ln3+. Mereka menunjukkan
biokompatibilitas yang baik dan sitotoksisitas umumnya rendah, dan sebenarnya
non-sitotoksik terhadap berbagai sel baris. Selain itu, permukaandapat dimodifikasi
dengan ligan rekayasa, ligan tarik , permukaan polimerisasi, self-assembly atau
teknologi perakitan lapis demi lapis, memperluas bidang aplikasi mereka.
Permukaan dimodifikasi oleh silika adalah yang paling populer, karena pendekatannya
yang umum, dan praktis. Protein, DNA, makromolekul biologis lainnya dapat
dengan mudah dikaitkan dengan UCNPs. Secara khusus, properti unik UCNPs
'memancarkan cahaya tampak di bawah NIR iradiasi membuatnya baik untuk
bioimaging in vivo dan in vitro.
Upkonversi
lantanida dilakukan dengan tujuan meningkatkan jaringan penetrasi yang dapat dicapai dengan eksitasi inframerah-dekat (NIR), meningkatkan
stabilitas terhadap photobleaching,
photoblinking dan degradasi fotokimia, non-photodamaging
DNA/RNA karena adanya energi eksitasi cahaya rendah, sitotoksisitas
rendah, dan sensitivitas
deteksi lebih tinggi (M. Lin et al, 2012).
4. Lantanida
berbasis UCNPs Sebagai Material untuk Bioimaging
Gold Nanorods da
menggunakan metode kuantum dot untuk bioimaging (Huang et al, 2009;. Medintz et
al, 2005;.. Wang et al, 2010d, 2012). Namun, gold nanorods tidak mampu menggunakannya
dalam bioimaging jaringan dalam karena sinyalnya semakin lemah, bersama dengan
kontras rendah dan auto fluorescence (Qian et al., 2010a). Meskipun kuantum dot
menunjukkan kecerahan yang lebih besar, dan band misi sempit (Xing dan Rao,
2008), ada kekhawatiran tentang sitotoksisitas mereka. (Chatterjee et al.,
2008). UCNPs dalam pendoppingan menghasilkan photostable terhadap
photobleaching dan memancarkan cahaya (Taman et al, 2009.; Yu et al, 2009).
Selain itu,tidak adanya auto fluorescence (Idris et al., 2009) pada jaringan
dalam hasilnya akan meningkat setelah dieksitasi dengan NIR (Chatterjee et al.,
2008) memungkinkan untuk bioimaging in vitro dan in vivo (Chatterjee et al,
2010;. Mader et al., 2010). Sebagai perbandingan, keuntungan dan kerugian dari
bahan-bahan dan bahan lain yang digunakan untuk bioimaging tercantum dalam Tabel
1.
Tabel
1. Perbandingan keuntungan dan kerugian dari bahan-bahan yang digunakan untuk
bioimaging
5.
Instrumentasi untuk upconversion
luminescence (UCL) pada bioimaging
Gambar
2. Skema Optik 5. Schematic illustration of (a) UCL laser-scanning confocal
microscropeand (b) UCL imaging in vivo system.
Berdasarkan proses upconversion, sistem
bioimaging UCL menggunakan eksitasi gelombang panjang dan pengumpulan panjang
gelombang pendek . Untuk Yb3+ UCNPs sebagai label luminescent
eksternal CW 980 nm dan laser sebagai sumber eksitasi serat optik. Skema 5
menunjukkan set-up untuk UCL laserscanning confocal microscopy dan bioimaging
UCL di vivo.Pada mikroskop laser scanning UCL (LSUCLM), sinar laser diperluas
ke cahaya paralel lensa objektif untuk memberikan eksitasi iradiasi pada
spesimen. Seperti ditunjukkan dalam Skema 5a, berbeda dengan mikroskop confocal
tradisional, pemilihan umpan eksitasi pendek
diadaptasi untuk memisahkan sinyal UCL dari sumber eksitasi. Laser
scanning UCL confocal mikroskop digunakan untuk bioimaging sel.Mengingat fakta bahwa Yb3+, Tm3+
codoped UCNPs terksitasi pada 980 nm dan emisi 800 nm dan biasanya digunakan
untuk bioimaging UCL in vivo hewan kecil pada CW 980 nm laser digunakan sebagai
sumber eksitasi, dan sinyal UCL memuncak pada 800 nm dikumpulkan dengan
menggunakan satu set band pass filter (Skema 5b). Karena efisiensi UCL relatif
rendah dari UCNPs, elektron (EMCCD) digunakan sebagai detektor yang sangat
sensitif untuk mengumpulkan sinyal lemah.
UCNPs memenuhi semua persyaratan karena
penetrasi yang lebih dalam (mampu mengkonversi NIR cahaya menjadi cahaya
tampak), toksisitas rendah, stabilitas yang lebih tinggi, dan modifikasi
permukaan lebih mudah. UCNPs digunakan dalam PDT (Photo Dinamic Therapy) biasanya
dilapisi dengan shell, yang memiliki fungsi:
1) Doping
matriks untuk fotosensitizer
2) Target
khusus pada sel tumor
3) UCNPs
stabilisasi.
NaYF4: Yb / Er UCN
adalah salah satu UCNPs yang digunakan paling umum di PDT karena efisiensi UC
tinggi.
6. Sintesis
Nanophosphors Upconversion (Sintesis
langsung dari nanophosphors upconversion hidrofilik)
¢ Untuk
menyederhanakan prosedur reaksi dan
mengurangi pasca perawatan, telah dikembangkan beberapa langkah strategi untuk sintesis
mempersiapkan UCNPs. UCNPs
perlu disusun dengan strategi mikroemulsi hidrotermal dengan 6-aminohexanoic
acid sebagai ligan permukaan. beberapa langkah
untuk sintesis mempersiapkan UCNPs, yaitu rute hidrotermal
dibantu oleh ligan koperasi biner, dan
rute hidrotermal mikroemulsi.
4.1. Reaksi hidrotermal dibantu oleh
ligan koperasi biner
Reaksi hidrotermal dibantu oleh ligan
koperasi biner sebagai strategi untuk memperoleh UCNPs yang larut dalam air dan
permukaan yang difungsikan. Asam 6-Aminohexanoat
dan poli (etilena
glycol) bis (karboksimetil)
eter telah digunakan sebagai co-ligan untuk membantu
oleat untuk mengontrol permukaan UCNPs. Misalnya,
dengan hati-hati mengendalikan
jumlah poli (ethyleneglycol)
bis (karboksimetil) eter, hidrofilik NaYF4:
Yb3+, Er3+ nanopartikel dari ukuran
kecil (~8 nm) dapat disintesis . Ion lantanida
radioaktif dapat digunakan dalam prosedur sintetis ini
untuk membuat UCNPs multifunctional.
Skema 2. Skema
sintesis hidrofilik PEG-UCNPs (153Sm) menggunakan reaksi hidrotermal dibantu
dengan ligan biner koperasi poli (etilena glikol) bis (karboksimetil) eter dan
oleat.
4.2.
Strategi hidrotermal mikroemulsi
Baru-baru ini, strategi hidrotermal
mikroemulsi telah dimanfaatkan lebih jauh untuk mempersiapkan UCNPs larut dalam
air dengan asam 6-aminohexanoic, triamin dietilen asam pentacetic (DTPA) dan
natrium glutamat sebagai ligan permukaan . Misalnya, karena adanya natrium
glutamat dan DTPA pada permukaan (Skema 3), UCNPs sebagai disiapkan terbukti
stabil dalam air selama lebih dari enam bulan. Ketika asam 6-aminohexanoic
dipilih sebagai ligan permukaan, UCNPs mampu dikonjugasikan dengan molekul
sasaran, seperti asam folat (FA).
Skema 3. Skema ilustrasi struktur
UCNPs dengan dietilen triamin asam pentacetic (DTPA) dan natrium glutamat
sebagai ligan permukaan.
7.
Aplikasi Lantanida Berbasis UCNPs
untuk Deteksi Sel Tumor dan Kanker
Sejumlah penelitian
telah melaporkan penerapan Ln-doped UCNPs pada bioimaging in vitro seluler dan jaringan. Bioimaging In vitro seluler melibatkan
penargetan UCNPs Ln-doping untuk beberapa
komponen subselular (misalnya,
protein membran). Dalam bioimaging vitro
dengan distribusi spasial dan temporal sel
kanker usus besar (Chatterjee et al., 2008), kanker ovarium sel, sel
HeLa (Cheng et
al, 2011 (Boyer
et al, 2010.);..
Dong et al,
2011; Jin et
al, 2011.; Wang
et al., 2009d),
myoblasts (Jalil dan
Zhang, 2008), glioblastoma
dan karsinoma pada payudara (Jin et al, 2011;. Xing etal,
2012.; Yang et
al., 2012) telah
dibuktikan. Dalam sebuah laporan
baru-baru ini oleh Jin et al. (2011), dalam bioimaging in vitro seluler dapat dicapai oleh
UCNPs bermuatan positif karena efisiensi serapan
selular ditingkatkan. Jaringan pencitraan pertama kali ditunjukkan oleh Zijlmans et al. (1999) yang menggunakan Y2O2S:
Yb, nanopartikel Tm
untuk mempelajari distribusi spasial
dari prostate-specific antigen (PSA) dalam
jaringan prostat manusia. Tidak adanya auto-fluoresensi
dari jaringan itu sendiri di bawah eksitasi NIR memungkinkan
bioimaging resolusi tinggi. Lebih penting lagi, bioimaging in vivo organisme dan hewan telah
dicapai dengan UCNPs Ln-doped. Lim et al. (2006) yang dilakukan pada bioimaging
organisme hidup dengan inokulasi Y2O3: nanopartikel Yb, Er
dalam nematoda Caenorhabditis
elegans hidup cacing.
Sistem pencernaan cacing itu kemudian dicitrakan
di bawah eksitasi NIR, menunjukkan dengan jelas distribusi nanopartikel dalam usus. Selain bioimaging
organisme, bioimaging in vivo hewan.
(Chatterjee et al,
2008).
Pencitraan
tumor yang ditargetkan telah menarik perhatian besar karena berpotensial dalam aplikasi diagnosis tumor dan terapi. Berdasarkan interaksi ligan-akseptor,
UCNPs dimodifikasi dengan asam folat dan peptida, masing-masing, telah dikembangkan untuk
tumor-target UCL
pencitraan. Banyak sel kanker manusia memiliki
kebutuhan tinggi untuk folicacid
(FA) dan lebih
mengekspresikan reseptor asam folat. Berdasarkan afinitas tinggi FA
untuk reseptor folat,
telah dikembangkan nanoprobe FA-dimodifikasi untuk target
UCL pencitraan in
vivo hewan kecil. UCNPs perlu disusun dengan strategi
mikroemulsi hidrotermal dengan 6-aminohexanoic
acid sebagai ligan permukaan. FA kemudian
terkonjugasi dengan amine groups bebas di permukaan
UCNPs. UCNPs FA-terkonjugasi digunakan untuk target UCL pencitraan
FA yang menunjukkan tumor HeLa baik in vivo dan ex vivo. Sel HeLa
merupakan sel epitelial manusia yang berasal dari kanker serviks atau kanker
leher . Pencitraan UCL yang ditargetkan itu
menggunakan in vivo UCL sistem pencitraan dirancang
oleh grup sel-sel tumor. Target
kami atau pembuluh darah tumor dengan peptida adalah sebagai strategi untuk memberikan obat sitotoksik untuk terapi kanker . Sebagai contoh UCNPs-peptida untuk tumor
yang ditargetkan pencitraan UCL. Strategi desain untuk tumor penargetan
didasarkan pada afinitas tinggi antara asam peptida arginin-glisin-aspartat (RGDFK) (Skema
9) dan α,β Reseptor
integrin. Untuk meningkatkan
waktu sirkulasi darah Ln-UCNPs, dihubungkan
polietilen glikol (PEG) (MW = 1500) diadopsi untuk
menjembatani Ln-UCNPs dan peptida RGD, mengingat
stabilitas tinggi dan tingkat penyerapan non-spesifik
rendah pegylated amphiphilic
polimer. UCNPs RGD-dimodifikasi kemudian digunakan untuk target pencitraan
tumor UCL dengan rasio
tinggi signal terhadap kebisingan dari 24 antara tumor dan latar
belakang
Skema 9.
Schematic illustration of UCNPs for tumor targeting.
NaYF4:
Yb, nanopartikel Er
disuntik di bawah kulit perut dan punggung
tikus dibius. Setelah eksitasi NIR, pendaran dari
UCNPs Ln-doped
dapat diamati dengan jelas bahkan ketika nanopartikel berada ~ 10 mm di bawah kulit, yang
jauh lebih dalam dari itu dengan
kuantum titik sebagai
probe bioimaging (Gambar 3)
Gambar
3. Penyuntikan NaYF4: Yb, nanopartikel Er di
bawah kulit perut dan punggung tikus
Zhang
dan rekan kerja pertama menunjukkan desain baru untuk PDT berdasarkan UCNPs untuk pengobatan sel
kanker kandung kemih. UCNPs dilapisi dengan lapisan shell silika mesopori,
dimana fotosensitizer yang diolah. Antibodi, yang memiliki antigen spesifik yang
diekspresikan pada permukaan target sel, yang terikat secara kovalen pada
permukaan kulit silika. Karena spektrum tumpang tindih antara 'absorbansi dan
UCNPs' fotosensitizer emisi, UCNPs fotosensitizer-doped dapat menghasilkan 1 O2
bawah iradiasi NIR dan selanjutnya membunuh sel target.
kesimpulan
¢
analisis bio-imaging adalah suatu metode
pelabelan, pencitraan, atau penggambaran yang diaplikasikan untuk keperluan
medical tanpa harus melakukan pembukaan dan
pembedahan untuk dilakukan biopsi. Bio-imaging memanfaatkan peristiwa luminesensi, dimana
peristiwanya dibagi menjadi dua yaitu
1.
Fluoresensi
2.
Fosforesensi
¢
Luminesensi dapat menggunakan logam Lanthanida sebagai bahan untuk
upkonversi nanopartikel (UCNPs). Aplikasi lanthanida berbasis UCNPs dapat
digunakan untuk mendeteksi sel tumor dan kanker
Saran
Metode untuk
meningkatkan efisiensi UCNPs
UCL masih diperlukan, sehingga diperlukan penelitian
lebih lanjut mengenai ini. Selain itu, beberapa karya telah difokuskan pada
peningkatan penyerapan dari UCNPs.
Investigasi interaksi antara
ligan permukaan UCNPs dan
biomolekul masih merupakan
tantangan besar. Selain itu,
perlu diketahui sifat optik intrinsik UCNPs yang diawetkan setelah modifikasi
permukaan.
Daftar Pustaka
Auzel,
F. 2004.“Upconversion and Anti-Stokes Processes with F and D Ions in
Solids”American Chemical Society Chem. Rev. 104 (2004) 139–173.
Boyer JC,
Manseau MP, Murray JI, van Veggel FCJM. Surface modification of upconverting
NaYF4 nanoparticles doped with PEG‐phosphate
ligands for NIR (800 nm) biolabeling within the biological window. Langmuir
2010;26:1157–64.
Carrol, J., k.
swann, d. whittingham dan m. whtaker. 1994. Spatiotemporal dynamics of
intrasellular [Ca2+] oscillations durng the growth and meiotic maturation
oocyte. Great Britain The Company of Biologist. 120: 3507-3517.
Chatterjee DK,
Zhang Y. Upconverting nanoparticles as nanotransducers for photodynamic therapy
in cancer cells. Nanomedicine 2008;3:73–82.
Chen, Jiao and
Julia Xiaojun Zhao. 2012. “Upconversion Nanomaterials: Synthesis, Mechanism,
and Applications in Sensing”. Journal Sensors 2012, 12, 2414-2435.
Cheng L, Yang K,
Li YG, Chen JH, Wang CY, Shao MW, et al. Facile preparation of multifunctional
upconversion nanoprobes for multimodal imaging and dual-targetedphotothermal
therapy. Angew Chem 2011;123:7523–8.
Cotton, S.
(2006). Lanthanide and Actinide chemistry. John Wiley & sons. Ltd.
Inorganic chemistry. 61-83
DELCADO, A.,
Basic Concepts of Thermoluminescence, Personnal Thermoluminescence Dosimetry
(ed. : M. Oberhofer), Report EUR 16227 EN, Luxembourg (1995), pp. 47-69.
Dong NN, Pedroni
M, Piccinelli F, Conti G, Sbarbati A, Ramírez-Hernández JE, et al. NIRto- NIR
two-photon excited CaF2:Tm3+,Yb3+ nanoparticles: multifunctional nanoprobes for
highly penetrating fluorescence bio-imaging. ACS Nano 2011;5: 8665–71.
Hasegawa, Y.,
Yamamuro., M., wada. Y., kanesiha, N., kai, Y ., dan Yanagida, S. 2003.
Luminescent polymer Containing the eu (III) complex having fast Radiation rate
and High emission Quantum Efficiency : journal of Physical Chemistry. 107:
1697-1702
Hongshan Hemmer,
Near-infrared emitting lanthanide complexes of porphyrin and BODIPY dyes,
(87-91).
Huang X,
Neretina S, El-Sayed MA. Gold nanorods: from synthesis and properties to
biological and biomedical applications. Adv Mater 2009;21:4880–910.
Idris NM, Li ZQ,
Ye L, Sim EKW, Mahendran R, Ho PCL, et al. Tracking transplanted cells in live
animal using upconversion fluorescent nanoparticles. Biomaterials 2009;30:
5104–13.
Jalil AR, Zhang
Y. Biocompatibility of silica coated NaYF4 upconversion fluorescent
nanocrystals. Biomaterials 2008;29:4122–8.
Jin JF, Gu YJ,
Man CWY, Cheng JP, Xu ZH, Zhang Y, et al. Polymer-coated NaYF4:Yb3+, Er3+
upconversion nanoparticles for charge-dependent cellular imaging. ACSNano
2011;5:7838–47.
Lim SF, Riehn R,
Ryu WS, Khanarian N, Tung CK, Tank D, et al. In vivo and scanning electron
microscopy imaging of upconverting nanophosphors in Caenorhabditis elegans.
Nano Lett 2006;6:169–74.
Lin M. et al.
2012. “Recent Advances In Synthesis and Surface Modification Of
Lanthanide-Doped Upconversion Nanoparticles for Biomedical Applications”.
Biotechnology Advances, 30: 1551-1561.
Liu,Qian., Wei
Feng., and Fuyou Li. 2014. “Water-soluble Lanthanide Upconversion
Nanophosphors:Synthesis and Bioimaging Applications in Vivo”. Journal Elsevier
273–274 (2014) 100–110.
Mader HS, Kele
P, Saleh SM, Wolfbeis OS. Upconverting luminescent nanoparticles for use in
bioconjugation and bioimaging. Curr Opin Chem Biol 2010;14:582–96.
Medintz L, Uyeda
HT, Goldman ER, Mattoussi H. Quantum dot bioconjugates for imaging,
labelling and sensing. Nat Mater
2005;4:435–46.
Mohanraj,
VJ,.& Chen, Y. 2006. Nanoparticles A Review. Nigeria Tropical Journal of
Pharmaceutical Research, 5 (1): 561-573.
Okuyama, K.,
Wang W.N., & Iskandar,F. 2007. Technology Innovation in The Nanoparticle
Project of Polydiacetylene Microcrystals Fabricate by Reprecipitation Technique
and Some Applications. Polymeric Advanced Technology. 11:783-790.
Prajzler,V.,Jerabek,V.,Lyutakov,
O., Huttel,I., Spirkov,J., Machovic,V.,Oswald,J., Chovostova,& D.,
Zavadil,J. 2008. Optical Properties of Erbium and Erbium and Erbium/Ytterbium
Doped Polymethylmethacrylate. Acta
Polytechica, Vol48 NO.5 14-21.
Qian J, Jiang L,
Cai F, Wang D, He S. Fluorescence-surface enhanced Raman scattering
co-functionalized gold nanorods as near-infrared probes for purely optical in
vivoimaging. Biomaterials 2010a;32:1601–10.
Wang SQ,
Esfahani M, Gurkan UA, Inci F, Kuritzkes D, Demirci U. Efficient on-chip
isolation of HIV subtypes. Lab Chip 2012;12:1508–15.
Wang SQ, Ip A,
Xu F, Giguel F, Moon S, Akay A. Development of a microfluidic system for
measuring HIV-1 viral load. Proc SPIE Int Soc Opt Eng 2010d;7666:76661H–1.
Xing HY, Bu WB,
Zhang SJ, Zheng XP, Li M, Chen F, et al. Multifunctional nanoprobes for
upconversion fluorescence, MR and CT trimodal imaging. Biomaterials 2012;33:
1079–89.
Yang YM, Shao Q,
Deng RR, Wang C, Teng X, Cheng K, et al. In vitro and in vivo uncaging and
bioluminescence imaging by using photocaged upconversion nanoparticles. Angew
Chem Int Ed 2012;51:3125–9.
Yao, Chenzhong
and Yexiang Tong. 2012.”Lanthanide Ion-Based Luminescent Nanomaterials for
Bioimaging”. Trends in Analytical Chemistry, Vol. 39, 2012.
Yu M, Li F, Chen
Z, Hu H, Zhan C, Yang H, et al. Laser scanning up-conversion luminescence
microscopy for imaging cells labeled with rare-earth nanophosphors. AnalChem
2009;81:930–5.
Zijlmans HJMA,
Bonnet J, Burton J, Kardos K, Vail T, Niedbala RS, et al. Detection of cell and
tissue surface antigens using up-converting phosphors: a new reporter
technology. Anal Biochem 1999;267:30–6.
Komentar
Posting Komentar